Sabtu, 05 Desember 2015

ILMU DASAR KEPERAWATAN-CAIRAN DAN ELEKTROLIT

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Rata-rata orang BB 70 Kg memiliki total cairan tubuh 60 % B atau sekitar 42 liter. Presentase bisa berubah tergantung umur,kelamin dan derajat obesitas. Seiring dengan pertumbuhan persentase total cairan tubuh terhadap BB berangsur akan menurun,akibat peningkatan lemak tubuh. Wanita umumnya mempunyai lemak tubuh  lebih banyak dari laki-laki wanita mempunyai lebih sedikit cairan dibanding laki-laki dg BB sama.
     Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin,500 ml melalui keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces(tinja).
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
  cairan intraseluler
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh,
  cairan ekstraseluler.
v  cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu:cairan intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler. Ada juga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut cairan trans selular,meliputi :
     -  cairan dalam rongga sinovial.
     -  Cairan dalam peritoneum.
     -  Cairan intra okular.
     -  Cairan serebrospinal.


 
DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex



Perhatikan Uraian berikut ini :
No.
Umur
Presentase
1.
Bayi (baru lahir)
. 75 %
2.
Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun)
b.Wanita (20-40 tahun)

60 %
50 %
3.
. Usia Lanjut
45-50 %

Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

q  Hubungan antara Tekanan darah,Aliran dan Resistensi
    Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan oleh
   dua faktor:
   1. Perbedan tekanan darah antara dua pembuluh darah akan
      mendorong darah mengalir ke pembuluh lainnya.
   2. Resistensi pembuluh darah yaitu rintangan aliran darah
      yang melalui pembuluh


  Teori Dasar Fungsi Sirkulasi

     1. Kecepatan aliran darah kesetiap jaringan tubuh hampir selalu diatur sesuai dengan kebutuhan jaringan. Bila jaringan bersifat aktif membutuhkan suplai makanan maka aliran darah akan lebih banyak bila dibandingkan dalam keadaan istirahat.
    2. Curah jantung dikendalikan oleh penjumlahan seluruh aliran darah setempat. Bila darah mengalir dijaringan, darah akan segera kembali melalui vena ke jantung,jantung merespon  otomatis thd peningkatan aliran darah. Jadi jantung bekerja seperti mesin pompa otomatis.
     3. Tekanan arteri dikendalikan secara mandiri. Jika pd saat tertentu  tekanan sangat turun,dalam waktu. Beberapa detik reflek saraf merubah sirkulasi untuk  meningkatkan tekanan jadi normal.

Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.

    Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti    
     proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
    Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:

  mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
  mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.

Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.

 pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

*      Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

*      Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)

peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

*      Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Sebagai kesimpulan,pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.

perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Hormon
Hormon yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit :
·         ADH
Fungsi: Menurunkan produksi urin dengan cara meningkatka reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.
Keadaan kurang air → osmolaritas darah meningkat → kelenjar hipofisis merespon dengan melepaskan ADH → reabsorpsi tubulus ginjal meningkat → air dikembalikan ke sirkulasi darah → haluaran urin berkurang
·         Aldosteron
Merupakan suatu mineral kortikoloid yang diproduksi korteks adrenal.
Fungsi : Mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengsekresi kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatknya air juga di reabsorpsi dan dikembalikan kedalam darah
·         Hormon glukokortikoid
Kelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal sebagai sindrom cushing. Biasanya orang-orang yang meminum obat steroid akan menahan natrium dan air.
Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
SEPANJANG perbandingan asam karbonat dengan bikarbonat di dalam darah berada dalam perbandingan 1:20, maka pH darah tetap normal, dan bahwa satu kemudahan dalam perbandingan ini, yang dihitung dari persamaan Henderson – Hasselbach pada pH normal dari darah tersebut, akan mengganggu keseimbangan asam-basa darah dan jaringan dalam arahan asidosis atau alkalosis.
Kandungan H2CO3 dalam darah di bawah kendali system pernafasan disebabkan ketergantungan asam karbonat terhadap PCO2, yang pada gilirannya dipantau melalui organ-organ respirasi. Akibatnya, gangguan pada keseimbangan asam-basa berperan terhadap perubahan dalam kandungan H2CO3 dari darah tersebut yang disebut dengan pernafasan di dalam organ. Bahkan pernafasan asidosis akan terjadi ketika keadaan seperti yang menyebabkan akumulasi H2CO3 di dalam darah; dan pernafasan alkalosis akan terjadi mana kala laju eliminasi CO2 terlalu banyak, sehingga reduksi H2CO3 terjadi di dalam darah. Mengenai perbandingan asam karbonat dengan bikarbonat normal 1:20 terganggu, dan pH darah akan turun atau naik sesuai dengan retensi atau eliminasi CO2 yang berlebihan. Namun bila kandungan bikarbonat darah dapat diatur untuk memulihkan rasio 1:20 antara asam karbonat dan bikarbonat, pH-nya akan dengan seketika lebih banyak kembali menjadi normal. Pengaturan yang demikian dapat disempurnakan oleh ginjal—dalam respirasi asidosis dengan penyerapan kembali lebih banyak bikarbonat di dalam tubula renal, dan pada respirasi alkalosis dengan mengizinkan lebih banyak bikarbonat untuk lepas dari penyerapan ulang dan bahkan yang dikeluarkan ke dalam urin. Respirasi  asidosis atau alkalosis kemudian disebut dengan terkompensasi, yang artinya bahwa meskipun jumlah asam karbonat dan bikarbonat dalam darah abnormal, pH-nya masih normal karena rasio dari keduanya telah dipulihkan ke keadaan normal (1:20). Ini adalah lanjutan dari pembicaraan di atas, bahwa kandungan CO2 dari plasma, yang merupakan satu ukuran dari kedua asam karbonat dan bikarbonat, akan lebih tinggi daripada normal dalam respirasi asidosis yang dikompensasikan dan lebih rendah dari normal pada respirasi alkalosis yang dikompensasikan.
Gangguan pada keseimbangan asam-basa berperan pada perubahan kandungan bikarbonat di dalam darah, ini dikatakan dengan metabolikasal. Kekurangan bikarbonat tanpa perubahan dalam asam karbonat akan menghasilkan asidosis metabolik; jika bikarbonat berlebih dikatakan alkalosis metabolik. Kompensasi akan terjadi melalui pengaturan konsentrasi asam karbonat, dalam hal yang pertama melalui eliminasi CO2 dengan lebih banyak (hiperventilasi) dan dalam hal yang terakhir melalui retensi CO2 (respirasi tertekan). Kandungan CO2 dari plasma dengan jelas akan lebih rendah dari normal pada asidosis metabolik dan lebih tinggi dari normal pada alkalosis metabolik.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
*      Volume
*      Osmolalitas
*      Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) danmenyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertaiperubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secaraosmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasiy ang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- cairan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
   cairan
   tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
  melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,
  Dextrose
  5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
   Kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl  
   0,33%

   • Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.
 Pahami jugaperubahan komposisional di bawah ini :
    • Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5
      mEq/L.
    • Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama
      dengan
      5,5 mEq/L.
    • Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
      ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

PROSES KEPERAWATAN

1.     Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
  keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
  Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihi    
  cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam
  RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya  kurang
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah,  
  Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.    Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme 
  pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbangan
  elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan 
  dengan diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan
  kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

3.    Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
    memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.

4.     Evaluasi/Kriteria hasil
 Kriteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.
PROSES KEPERAWATAN

1.     Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
  keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
  Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihi    
  cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam
  RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya  kurang
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah,  
  Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2.    Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme 
  pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbangan
  elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan 
  dengan diare,kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan
  kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

3.    Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
    memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit,safe environment.

4.     Evaluasi/Kriteria hasil
 Kriteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal. 
CARA MENGHITUN G KEBUTUHAN CAIRAN DALAM TUBUH

Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk :  mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.

Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.

IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.

RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
                     24 jam
Cth:   Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37C (suhu normal)

IWL = (15 x 60 )  = 37,5 cc/jam
24 jam

*kalo dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu]  + IWL normal
24 jam

Cth:  Tn.A BB 60kg, suhu= 39C, CM= 200cc

IWL = [(10%x200)x(39C-37C)] + 37,5cc
24 jam
= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam

*CM : Cairan Masuk


Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do  (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan:             Air (makan+Minum)  = ……cc
Cairan Infus               = ……cc
Therapi injeksi           = ……cc
Air Metabolisme        = ……cc    (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan:         Urine                          = ……cc
Feses                          = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka   = …..cc
IWL                           = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y  (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram  yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Input Cairan:       Infus            = 2000 cc
Tranfusi WB =   300 cc
Obat injeksi =    100 cc
AM             =    300 cc  (5 cc x 60 kg)      +
———————————————
2700 cc

Output cairan:     Drainage      =     100 cc
NGT           =     200 cc
Urine           =  1700 cc
IWL            =     900 cc     (15 cc x 60 kg)  +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
– 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C  – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage      =     100 cc
NGT           =     200 cc
Urine           =  1700 cc
IWL            =  1240 cc   +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc =  -540 cc

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur,  untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun)      : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun                    : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun                  : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun               : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
 Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C;  petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!

Input cairan:  Minum     : 1000 cc            
                          Infus        : 1000 cc                                       
                           AM         :   112 cc    +     (8 cc x 14 kg)                          
                             ————————-
                                             2112 cc

  Out put cairan:   Muntah       :   100 cc
                                 Urin           : 1000 cc
                                 IWL           :   378 cc   +    (30-3 tahun) x 14 kg
                           —————————–
                                                   1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
                                2112 cc – 1478 cc
                                + 634 cc  

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C  !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus: 
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8  °C) 36,8 °C adalah konstanta.

IWL An X  = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8  °C)
                       378 + 200 (3)
                       378 + 600
                       978 cc
Maka output cairan An X =   Muntah       :   100 cc
                                                     Urin            : 1000 cc
                                                     IWL             :   978 cc   +
                                                      ————————-
                                                                             2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc
+ 34 cc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar