CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Sekitar 60% dari
total berat badan orang dewasa terdiri dari air.Namun bergantung kepada
kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,nilai persentase ini
dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa. Rata-rata orang
BB 70 Kg memiliki total cairan tubuh 60 % B atau sekitar 42 liter. Presentase
bisa berubah tergantung umur,kelamin dan derajat obesitas.
Seiring dengan pertumbuhan
persentase total cairan tubuh terhadap BB berangsur akan menurun,akibat peningkatan
lemak tubuh. Wanita umumnya mempunyai lemak tubuh lebih banyak dari laki-laki
wanita mempunyai lebih
sedikit cairan dibanding laki-laki dg BB sama.
Di dalam tubuh,sel-sel yang
mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan
organ-organ pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel
yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti
tulang atau gigi. Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan
harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal
konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total
jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa
akan kehilangan 2.5 L cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar
melalui urin,500 ml melalui keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap
air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan
feces(tinja).
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu :
cairan intraseluler
Cairan
intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh,
cairan ekstraseluler.
v cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompokyaitu:cairan intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan
transeluler. Ada juga kompartemen cairan lainnya yang kecil yang disebut cairan trans selular,meliputi :
-
cairan dalam rongga sinovial.
-
Cairan dalam peritoneum.
-
Cairan intra okular.
-
Cairan serebrospinal.
DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH
Prosentase
dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini
:
No.
|
Umur
|
Presentase
|
1.
|
Bayi (baru
lahir)
|
. 75 %
|
2.
|
Dewasa :
a.Pria
(20-40 tahun)
b.Wanita
(20-40 tahun)
|
60 %
50 %
|
3.
|
. Usia
Lanjut
|
45-50 %
|
Pada orang
dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel
(cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari berat
badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %cairan
interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
q Hubungan antara Tekanan darah,Aliran dan Resistensi
Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan
oleh
dua faktor:
1. Perbedan tekanan darah antara dua
pembuluh darah akan
mendorong darah mengalir ke pembuluh
lainnya.
2. Resistensi pembuluh darah yaitu
rintangan aliran darah
yang melalui pembuluh
Teori Dasar Fungsi Sirkulasi
1. Kecepatan aliran darah kesetiap jaringan tubuh hampir selalu diatur sesuai dengan kebutuhan jaringan.
Bila jaringan bersifat aktif
membutuhkan suplai makanan maka aliran darah akan lebih banyak bila
dibandingkan dalam keadaan
istirahat.
2. Curah jantung dikendalikan oleh
penjumlahan seluruh aliran darah setempat. Bila darah mengalir dijaringan,
darah akan segera kembali melalui vena ke jantung,jantung merespon otomatis thd peningkatan aliran darah. Jadi
jantung bekerja seperti mesin pompa otomatis.
3. Tekanan arteri dikendalikan secara
mandiri. Jika pd saat tertentu tekanan
sangat turun,dalam waktu. Beberapa detik reflek saraf merubah sirkulasi untuk
meningkatkan tekanan jadi normal.
Keseimbangan
Cairan Dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah
arteri dengan menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk
pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake
dan output) air.Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih
tetap,maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke
dalam tubuh.hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen
dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan
lingkungan luar; dan
2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai
kompartmen seperti
proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan
air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama
dengan keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya.Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan
cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan
retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi
air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan
darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic
Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan
air.Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi
peningkatan volume plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus
ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali
normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi
solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air
lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air
lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak
dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan
solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan
penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam
cairan intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik
cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini
menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan
aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
pengaturan osmolaritas
cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan
cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan
cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa
Henle pars decending sangat permeable terhadap air,sehingga di bagian ini
terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta.Hal ini
menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan
secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi
garam tanpa osmosis air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan
duktus koligen menjadi hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan
duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin
(ADH).Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan
ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di
duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu
terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus
koligen.Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke
vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen
menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh
tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada
osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel
juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku
untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan,pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf
mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus,dan
volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam sistem
endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan
adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan
reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan volume cairan
tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium
dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa
keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
antaranya ialah umur, suhu lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Hormon
Hormon yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit :
·
ADH
Fungsi: Menurunkan produksi urin
dengan cara meningkatka reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.
Keadaan kurang air → osmolaritas
darah meningkat → kelenjar hipofisis merespon dengan melepaskan ADH →
reabsorpsi tubulus ginjal meningkat → air dikembalikan ke sirkulasi darah →
haluaran urin berkurang
·
Aldosteron
Merupakan suatu mineral kortikoloid
yang diproduksi korteks adrenal.
Fungsi : Mengatur keseimbangan
natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengsekresi kalium dan
mengabsorpsi natrium. Akibatknya air juga di reabsorpsi dan dikembalikan
kedalam darah
·
Hormon
glukokortikoid
Kelebihan hormon di dalam sirkulasi
dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal sebagai sindrom
cushing. Biasanya orang-orang yang meminum obat steroid akan menahan natrium
dan air.
Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
SEPANJANG perbandingan asam karbonat dengan bikarbonat di dalam
darah berada dalam perbandingan 1:20, maka pH darah tetap normal, dan bahwa
satu kemudahan dalam perbandingan ini, yang dihitung dari persamaan Henderson –
Hasselbach pada pH normal dari darah tersebut, akan mengganggu keseimbangan
asam-basa darah dan jaringan dalam arahan asidosis atau alkalosis.
Kandungan H2CO3
dalam darah di bawah kendali system pernafasan disebabkan ketergantungan asam
karbonat terhadap PCO2, yang pada gilirannya dipantau melalui
organ-organ respirasi. Akibatnya, gangguan pada keseimbangan asam-basa berperan
terhadap perubahan dalam kandungan H2CO3 dari darah
tersebut yang disebut dengan pernafasan di dalam organ. Bahkan pernafasan
asidosis akan terjadi ketika keadaan seperti yang menyebabkan akumulasi H2CO3
di dalam darah; dan pernafasan alkalosis akan terjadi mana kala laju eliminasi
CO2 terlalu banyak, sehingga reduksi H2CO3
terjadi di dalam darah. Mengenai perbandingan asam karbonat dengan bikarbonat
normal 1:20 terganggu, dan pH darah akan turun atau naik sesuai dengan retensi
atau eliminasi CO2 yang berlebihan. Namun bila kandungan bikarbonat
darah dapat diatur untuk memulihkan rasio 1:20 antara asam karbonat dan
bikarbonat, pH-nya akan dengan seketika lebih banyak kembali menjadi normal.
Pengaturan yang demikian dapat disempurnakan oleh ginjal—dalam respirasi
asidosis dengan penyerapan kembali lebih banyak bikarbonat di dalam tubula
renal, dan pada respirasi alkalosis dengan mengizinkan lebih banyak bikarbonat
untuk lepas dari penyerapan ulang dan bahkan yang dikeluarkan ke dalam urin.
Respirasi asidosis atau alkalosis kemudian disebut dengan terkompensasi,
yang artinya bahwa meskipun jumlah asam karbonat dan bikarbonat dalam darah
abnormal, pH-nya masih normal karena rasio dari keduanya telah dipulihkan ke
keadaan normal (1:20). Ini adalah lanjutan dari pembicaraan di atas, bahwa
kandungan CO2 dari plasma, yang merupakan satu ukuran dari kedua asam karbonat
dan bikarbonat, akan lebih tinggi daripada normal dalam respirasi asidosis yang
dikompensasikan dan lebih rendah dari normal pada respirasi alkalosis yang
dikompensasikan.
Gangguan pada keseimbangan asam-basa
berperan pada perubahan kandungan bikarbonat di dalam darah, ini dikatakan
dengan metabolikasal. Kekurangan bikarbonat tanpa perubahan dalam asam karbonat
akan menghasilkan asidosis metabolik; jika bikarbonat berlebih dikatakan
alkalosis metabolik. Kompensasi akan terjadi melalui pengaturan
konsentrasi asam karbonat, dalam hal yang pertama melalui eliminasi CO2
dengan lebih banyak (hiperventilasi) dan dalam hal yang terakhir melalui
retensi CO2 (respirasi tertekan). Kandungan CO2 dari plasma
dengan jelas akan lebih rendah dari normal pada asidosis metabolik dan lebih
tinggi dari normal pada alkalosis metabolik.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tubuh
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas
cairan tibuh adalah :
Volume
Osmolalitas
Komposisi
Ketidakseimbangan
volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) danmenyangkut
kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama,
sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan
osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut
bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak
seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan
hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari
kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa
disertaiperubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang
aktif secaraosmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.
a.
Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan
volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh
isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif
sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasiy ang
seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif
mengakibatkan hipernatremia.
- cairan
Isotonis adalah cairan yang
konsentrasi/kepekatannya sama dengan
cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9
%, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan
hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan
dextrose 5 % dalam NaCl normal,
Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl
0,45%.
- Cairan
Hipotonis adalah cairan yang
konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
Kurang dari cairan tubuh, contohnya
: larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl
0,33%
• Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan
cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang
berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement
cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan
interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
b.Ketidakseimbangan
Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan
osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena
natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar
natrium di dalam plasma.
Pahami jugaperubahan komposisional di
bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan
dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan
dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama
dengan
5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah
keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk
menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
Cairan hipertonis adalah cairan yang
konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihi
cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose
5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam
RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang
konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik
meliputi :
- Kaji turgor kulit,
hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara
nafas
- Kaji prilaku, tingkat
energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan
laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah,
Elektrolit serum,
Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis
keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan
dengan dysritmia kardio,ketidakseimbangan
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume
cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare,kehilangan
cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan
tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan
kardiak output,
gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa
mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema
3.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan
elektrolit
b. Berikan therapi intravena
(IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian
obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti :
perawatan kulit,safe environment.
4.
Evaluasi/Kriteria hasil
Kriteria hasil meliputi
:
• Intake dan output dalam
batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas
normal
• Vital sign dalam batas
normal.
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
• Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui
Cairan hipertonis adalah cairan yang
konsentrasi zat terlarut/kepekatannyamelebihi
cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose
5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam
RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang
konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik
meliputi :
- Kaji turgor kulit,
hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara
nafas
- Kaji prilaku, tingkat
energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan
laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa GasDarah,
Elektrolit serum,
Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis
keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan,
abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output
berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidakseimbangan
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume
cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare,kehilangan
cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan
tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria,penurunan
kardiak output,
gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa
mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema
3.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan
elektrolit
b. Berikan therapi intravena
(IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian
obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti :
perawatan kulit,safe environment.
4.
Evaluasi/Kriteria hasil
Kriteria hasil meliputi
:
• Intake dan output dalam
batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas
normal
• Vital sign dalam batas
normal.
CARA
MENGHITUN G KEBUTUHAN CAIRAN DALAM TUBUH
Inteake /
cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
Output /
Cairan keluar : urine
dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag,
jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL
(insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah
keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15
x BB )
24 jam
Cth:
Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
IWL = (15
x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam
*kalo
dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL
Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x
jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Cth:
Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc
24 jam
= (20×2)
+ 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5
= 39cc/jam
*CM : Cairan
Masuk
Menghitung
balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat
Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN
BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output
cairan:
Urine
= ……cc
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh
Kasus:
Tn Y
(35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital
sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan,
saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200
cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak
100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24
jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat
tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan
dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input
Cairan: Infus
= 2000 cc
Tranfusi WB
= 300 cc
Obat injeksi
= 100 cc
AM
= 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc
Output
cairan: Drainage
= 100 cc
NGT
= 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
– 200 cc.
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
– 200 cc.
Bagaimana
jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus
:
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti
nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540 cc
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540 cc
Menghitung
Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air
Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do
(1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu:
Usia Balita
(1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7
tahun
: 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11
tahun
: 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14
tahun
: 5 – 6 cc/kgBB/hari
Untuk IWL
(Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
Jika
anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
CONTOH :
An X (3
tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut
ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya
tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum
terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C;
petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24
jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil
pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!
Input
cairan: Minum
: 1000 cc
Infus : 1000
cc
AM
: 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc
Out put cairan: Muntah
: 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL :
378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance
cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang
hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu
diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 (
Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
IWL An
X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output
cairan An X = Muntah :
100 cc
Urin : 1000
cc
IWL
: 978 cc +
————————-
2078 cc
Jadi Balance
cairannya = 2112 cc – 2078 cc
+ 34 cc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar